Sabtu, 09 Februari 2013

ADA PENGAJIAN HINGGA DINI HARI


Di suatu pagi ada dialog antara dua orang ibu muda dengan satu anak dengan ibu beranak empat. Dengan logat Betawinya mereka berdua berbicara: "Emangnya anak lu kenapa nangis semalam, ibunya tidur kali". Oleh ibu beranak satu dijawab: "Enggak, enggak tidur!". "Kan itu jam setengah dua, baru saja pulang ngaji." Kata ibu yang beranak empat.

Tulisan ini tidak ingin mengupas kenapa sang anak bayi berumur batita ini menangis, tetapi fokus pembicaraan adalah pengajian yang berakhir pada waktu dini hari.

Ta'lim adalah ibadah yang tidak diragukan lagi kewajibannya, sebagaimana sebuah riwayat menyebutkan: "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim".

Ini salah satu dalil diwajibkannya menuntut ilmu. Sementara al Qur'an yang mulia menyuruh hambanya untuk selalu menambah ilmu. Melalui firmannya, Allah berfirman:

"Katakanlah (wahai Muhammad), ya Allah tambahilah ilmuku." (QS. Thaahaa: 114).

Yang menjadi persoalannya adalah mengaji hingga larut malam. Tidak menjadi perhatian Nabi Muhammad memberikan ilmu kepada para sahabatnya hingga larut malam sepengetahuan penulis. Dan perlu dipahami Rasulullah sendiri tidur setelah melakukan ba'diyah Isya, kecuali kalau ada keperluan, itupun tidak sampai dini hari. Wallahu a'lam.


Kebanyakan pengajian-pengajian yang diadakan hingga dini hari biasanya yang dalam bentuk Tabligh Akbar dengan mengundang sejumlah da'i terkenal (dalam lingkungan mereka) yang berbicara secara maraton, bergantian satu dengan yang lainnya dengan batasan waktu yang telah ditentukan panitia acara dengan didahului acara-acara yang lainnya. Ini lazimnya dilakukan ba'da Isya hingga dini hari.

Atau pengajian dalam bentuk Majelis Dzikir Jama'i. Biasanya dengan melantunkan beberapa bacaan dzikir yang biasanya sebagian besar jama'ahnya berkostum yang sama, putih-putih dengan dipimpin oleh seorang imam.

Kedua jenis pengajian seperti  ini sama sekali idak pernah dicontohkan Rasulullah, para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Apalagi ini dilakukan hingga dini hari.

Mengenai Dzikir Jama'i, sahabat Ibnu Mas'ud telah mengingkari jenis dzikir dengan cara seperti ini. Ketika beliau radhiyallahu 'anhu memasuki salah satu masjid yang ada di Kufah dan melihat manusia berkelompok-kelompok dengan dipimpin oleh seorang  pimpinan yang tengan membaca dzikir-dzikir tertentu dengan bilangan-bilangan tertentu dengan dikomandoi oleh pimpinan jamaah tersebut. Dengan pengingkaran yang keras terhadap perbuatan mereka, sahabat yang mulia ini berkata: "Apakah ajaran agama kalian lebih afdal dari agama yang dibawa oleh  Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau kalian membuka pintu-pintu kesesatan."


__________________________

@yaumul ahad, 29/3/1434 H. Pkl. 08.35 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar