Selasa, 29 Januari 2013

USAHA YANG SIA-SIA.

Suatu ketika seorang ibu mengeluh tentang biaya yang dipungut dari sebuah pengajian yang diikutinya, pasalnya biaya tersebut akan dipergunakan untuk keperluan sebuah perayaan yang berada di bulan Rabi'ul Awwal ini.

Menurutnya setiap anggota pengajian dipungut biaya Rp. 50.000,- / orang. Bagi yang mampu tentu saja, uang sejumlah itu tidak terasa mengeluarkannya, lain halnya dengan ibu yang satu ini, dimana sang suami tidak memiliki penghasilan tetap. Suaminya hanya seorang sopir mikrolet yang pendapatannya tidak menentu. Sementara ada dua anak yang harus dibiaya sekolahnya.

Itu kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu anggota pengajian. Belum lagi kalau harus mengikuti beberapa pengajian dalam satu minggu. Kalau satu Minggu 3X pengajian, maka berarti dia harus mengeluarkan biaya Rp. 150.000,- untuk satu perayaan, yaitu maulid Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam.

Apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut di atas?

Ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan:

1. Perayaan yang tidak pernah diperintahkan agama akan membuat sulit hidup seseorang. Dalam Islam hanya ada dua perayaan yakni Idul Fithri dan Idul Adha.

2. Pembebanan biaya akan membuat seseorang malu ikut pengajian, jika dia tidak mampu memberi biaya yang dibebankan kepadanya (karena ditekankan wajib memberi).

3. Ajaran diin kita tidak pernah memberikan beban kepada umatnya suatu pemberian kecuali bagi yang mampu, seperti zakat mal.

4. Mengikuti sunnah itu mudah, sementara melakukan suatu kebid'ahan itu sulit, capek, dan mengeluarkan biaya yang tidak perlu.
(Sulit contohnya menghapalkan niat ketika shalat, puasa, wudhu, mandi hadats besar dan sebagainya. Capek misalnya mendatangi dan mengikuti acara majelis dzikir jama'i dari sore hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Mengeluarkan biaya seperti kasus di atas dan infaq wajib dari gaji pokoknya setiap bulan bagi anggota jama'ah tertentu).  

5. Mengikuti sunnah akan mempermudah jalan menuju surga sedangkan mengikuti amalan bid'ah itu terancam neraka.

Ingat beragama itu mudah, jangan dipersulit!

_______________________
@ Rabu, 18 /3/1434 H. Pkl. 19.03 WIB.

Minggu, 20 Januari 2013

PENTINGNYA BELAJAR ILMU TAJWID


Mempelajari ilmu tajwid itu merupakan hal yang penting. Bagaimana bacaan Al Qur'an kita akan baik  jika kita tidak memahami ilmu tersebut. Allah subhanahu wa ta'ala telah memberikan pernyatan yang tegas dalam Al Qur'an:

"Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan." (QS. al Muzammil: 4)

Al Imam Ibnul jazari rahimahullah berkata:

Membaca Al Qur'an dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak memperbaiki bacaan Al Qur'an ia berdosa, karena dengan tajwidlah Allah menurunkan, dan demikian pula Al Qur'an itu sampai kepada kita.

Di dalam ilmu tajwid dibahas mengenai hal-hal penting di antaranya mengenai pengucapan huruf Hija'i yang berjumlah 29 huruf dari huruf Alif sampai dengan Ya. Itu dikenal dengan Makharijul Huruf (tempat keluarnya huruf). Satu huruf dengan huruf lainnya memiliki karakter sendiri-sendiri. Berbeda makhraj dan sifatnya. 

Ketika kita mengucapkan satu kata atau huruf dalam Al Qur'an, maka artinya pun akan berbeda. Sebagai contoh, kata 'asaa (yang memiliki makna pengharapan), jika huruf Sin-nya diganti Shad, maka akan  menjadi 'ashaa maknanya berbuat maksiat (kata kerja) atau tongkat (kata benda). 

Contoh lain, kata 'aalamiin memiliki makna beberapa alam (seperti alam manusia, malaikat, jin dan sebagainya), jika huruf yang pertama (huruf 'ain) diganti dengan huruf Hamzah menjadi aalamiin (artinya segala penyakit). Nah sungguh fatal sekali akibatnya, bukan!

Dalam ilmu tajwid juga dibahas tentang hukum mad (memanjangkan bacaan). Salah memanjang dan memendekkan huruf maka akan merubah arti atau maknanya. Lihatlah contoh berikut. 

Di dalam surat Al Kafirun ayat 2 disebutkan:
Iw ßç6ôãr& $tB tbrßç7÷ès? ÇËÈ                                                                                                                   

"Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah."

Huruf Lam dalam ayat tersebut harus dibaca panjang 4-5 harakat, dan ini dinamakan dengan Mad Jaiz Munfashil. Dan arti laa (panjang) di atas adalah tidak (menafikan). Jika huruf Lam itu  dibaca pendek (la), maka akan memiliki arti sungguh (menguatkan). Jadi arti ayat tersebut adalah:

"Sungguh aku akan menyembah apa yang kamu sembah".

Bagaimana dengan makna di atas? 

Bandingkan dengan ayat di atas dengan memanjangkan huruf lam-nya. Kalimat yang kedua (berwarna merah) sungguh sangat menyesatkan dan menjurus kepada kekafiran. Wal 'iyaadzu billaah.

Nah itu baru satu contoh, belum lagi jika kita salah dalam membaca ayat-ayat yang lainnya.

Karenanya belajar, belajar dan belajarlah ilmu Tajwid kepada ustadz yang mumpuni (yang ahli) dan bertalaqqi (bertemu langsung) dengan ustadz tersebut dalam proses belajar dan mengajarnya, sebagaimana Rasulullah langsung diajarkan oleh malaikat Jibril 'alaihi salaam.

___________________

Referensi:

1. Al Qur'an al Akrim Digital.
2. Abu Ya'la Kurnaedi, Lc, Nizar Sa'ad Jabal, Lc. M.Pd. Metode Asy-Syafi'i. Pustaka Imam Syafi'i. Januari 2012.

@Senin, 9/3/1434 H. Pkl. 21.28 WIB.


Sabtu, 19 Januari 2013

SHORT MASSEGE SERVICE (SMS)


Salah satu manfaat atau fungsi HP (Hand Phone) di samping sebagai alat komunikasi juga berguna untuk mengirim pesan singkat atau dikenal dengan istilah SMS. SMS itu sendiri adalah kepanjangan dari Short Massege Service.

Mengingat dari namanya sebagai pesan singkat, maka setiap pesan yang  ditulis atau diketik dengan cara sesingkat mungkin. Seperti contoh kata tolong ditulis menjadi  tlg, saya = sy, bawa = bw, sakit = skt dan sebagainya.

Tidak hanya kata atau kalimat biasa yang disingkat seperti itu, namun ungkapan pujian kepada Allah, salam dalam Islam, do'a atas Nabi Muhammad dan para Nabi serta terhadap para sahabat Rasul yang mulia-pun tidak luput dari hal itu.

Lihat saja kalimat subhanahu wa ta'ala disingkat menjadi SWT, shallallahu 'alaihi wa sallam = SAW, 'alaihi sallam = AS, radiyallahu 'anhu = RA, serta assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh = ASS WR. WB.

Nah, pernahkan Anda mendapat kiriman sms dari teman atau saudara, atau Anda pernah  membaca sebuah buku tertentu yang menyingkat kalimat-kalimat tersebut dalam isi bukunya?

Subhanallah, jika yang disingkat adalah kalimat biasa tidak akan menjadi masalah, namun kalimat yang diblok dengan warna biru di atas adalah bentuk pujian kepada Allah, shalat dan salam kepada Nabi Muhammad, doa keselamatan kepada Nabi, memohonkan keridhoan kepada sahabat Nabi Muhammad, serta doa keselamatan, rahmat, dan keberkahan kepada Allah untuk saudara sesama muslim. Mengapa harus disingkat? Ini haruslah dijauhi. Tulislah dengan kalimat yang sempurna, tidak perlu disingkat seperti layaknya kata atau kalimat yang lainnya.

Ingat, tulisan merupakan ungkapan hati seseorang, baik buruknya tergantung kepada sang penulis, jadi ketika kita menulis suatu tulisan yang benar maka Allah akan memberikan pahala, demikian juga sebaliknya (menulis kata-kata atau ungkapan-ungkapan kotor, baik melalui sms, twitter, facebook dan media lainnya, maka akan mendapatkan dosa dari Allah azza wa jalla.

Hindari dan jauhi dari kata-kata kotor, tulislah atau ketiklah dengan ungkapan-ungkapan yang baik serta jauhi dari menyingkat kalimat-kalimat di atas. Wallahu a'lam. 

__________________

@Yaumul Ahad, 8/3/1434 H. Pkl. 21.05 WIB. 


Rabu, 16 Januari 2013

MENYIKAPI HUJAN YANG TURUN


Hujan, hujan dan hujan. Itulah keadaan yang sedang dialami warga Jakarta khususnya dan penduduk negeri ini umumnya.

Itulah rahmat yang Allah berikan kepada umatnya. Kok bisa dikatakan rahmat sementara saudara-saudara kita saat ini terkena banjir di beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya, hingga tempat seseteril Istana Negara sekalipun tidak luput terkena dampaknya (berita Pkl. 10.15 WIB, banjir di sana hingga setinggi betis).

Ya, hujan akan menjadi rahmat jika kita melihatnya dari kaca mata diin (agama) kita. Karena apabila kita melihat dari sudut pandang ini, maka semuanya akan membawa kepada kebaikan. 

Terkadang orang melihat satu peristiwa yang terjadi, seperti banjir yang melanda kota atau desa dengan menyalahkan alam, cuaca, dan waktu. Padahal mengecam, mencela, dan menyalahkan itu semua sama saja dengan menghina Sang Pencipta. Karena sang pemilik waktu, cuaca itu tidak lain adalah Allah subhanahu wa ta'ala. 

Seorang mu'min akan memandang turunnya hujan itu dengan pemahaman sebagai berikut:

1. Hujan adalah bukti dari tanda-tanda kekuasaan Allah.

2. Hujan akan memberikan keberkahan kepada penduduk bumi. Tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada hewan, binatang, dan tumbuh-tumbuhan turut serta mengambil manfaatnya. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, kalau bukan karena binatang serta hewan niscaya Allah tidak akan menurunkan hujan ke permukaan bumi ini.

3. Adanya waktu atau saat-saat dikabulkannya do'a yang dipanjatkan kepada-Nya.


Lalu apa yang dilakukan seorang mu'min jika hujan turun?

a. Bergembira dengan turunnya hujan.

b. Membaca doa dengan ucapan: Allahumma shayyiban naafi'aa (Ya Allah berikanlah kepada kami hujan dengan air yang banyak lagi bermanfaat). (HR. Bukhari).

c. Setelah itu membaca doa: "Muthirnaa bifadhlillaahi warahmatih" (Hujan telah menyirami kami dengan keutamaan dan rahmat-Nya).(HR. Bukhari dan Muslim).

d. Memperbanyak doa saat turun hujan.

e. Berdo'a dengan ucapan "Allaahumma hawaalainaa walaa 'alainaa, allaahumma 'alal aakaami wazh zhiraabi wa buthuunil audiyati wa manaabitisy syajari" (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan persyaratan hujan telah melampaui batas-batas kewajaran sehingga menimbulkan banjir dan bencana lainnya.

f. Disyariatkannya menjamak shalat-shalat fardhu seperti zhuhur dengan Ashar atau Maghrib dengan Isya.

g. Diperbolehkannya untuk tidak hadir ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. 


Semoga hujan yang turun kepada kita membawa rahmat dan kasih sayang-Nya dan dijauhi dari bencana serta musibah yang disebabkan karenanya.  

-----------

Referensi:

1. Detiknews.

2. Kajian Ahad pagi ust. Abu Faris di MT. Asy Syakirin Cipondoh Tangerang. Tanggal 01/03/1434 H.

3. Sa'id bin 'Ali bin Wahf al Qahthani. Hisnul Muslim, hal. 106-107.


@Kamis, 5/3/1434 H. Pkl. 14.14 WIB.

PENGGUNAAN HARTA YANG SIA-SIA


Suatu hari sebelum shalat jamaah dimulai, saya melihat di dinding sebelah kiri pintu masuk mushalla, tertulis angka Rp. 12.800.000,-. Subhanallah, jumlah yang cukup besar dan tidak sedikit tentunya. Kira-kita jumlah sebanyak itu alokasinya untuk kegiatan apa ya?

Ternyata itu adalah total biaya untuk kegiatan tahunan yang diadakan di masyarakat khususnya di bulan Rabi'ul Awwal ini. Ya, bisa ditebak kegiatan itu tidak lain adalah perayaan maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Angka di atas 10 juta tersebut adalah hasil perincian untuk keperluan kegiatan yang akan direncanakan seperti pembuatan stempel, komsumsi, dokumentasi, fotokopi, transport ustadz dan sebagainya.

Bayangkan uang sebanyak itu dikumpulkan dalam beberapa minggu dari warga masyarakat plus sebagian warga the Have (orang kaya) untuk kegiatan yang tidak ada sunnahnya sama sekali itu.

Itu uang yang terkumpul di satu RT (Rukun Kampung) tempat saya tinggal. Bagaimana jika seluruh RT yang ada dalam satu kelurahan mengadakan perayaan ini? Berapa jumlah uang yang terkumpul?

Mari kita coba menghitungnya?

Misalnya satu RT terkumpul dana rata-rata Rp. 10.000.000,- X 20 RT = Rp. 200.000.000,-. Subhanallah jumlah yang sangat fantastis. Itu kalau jumlahnya 10 juta dan 20 RT dan hanya  satu kelurahan, lalu bagaimana dengan kelurahan-kelurahan lainnya jika warganya mengadakan? Ditambah lagi jika mereka mengadakan peringatan-peringatan yang lain seperti Isra Mi'raj, Nuzulul Qur'an, pasti akan terkumpul jumlah yang begitu besar.


Namun patut disayangkan jumlah sebanyak itu untuk keperluan maulid, dengan demikian uang sejumlah itu akan menjadi sia-sia belaka menurut pandangan Allah. Loh kenapa sia-sia? Ya karena uang itu diperuntukan untuk kegiatan atau perayaan yang sama sekali Allah dan Rasul-Nya tidak perintahkan.

Coba sekiranya uang sebanyak itu dimanfaatkan untuk kegiatan sosial yang berfaedah bagi orang banyak seperti membantu fakir miskin, beasiswa bagi para pelajar, pembangunan sarana dan prasarana ibadah seperti masjid, mushalla, dan majelis ta'lim, itu akan jauh lebih bermanfaat dan pahalanya akan terus mengalir kepada para donaturnya.

Semoga Allah memperlihatkan kepada kita yang benar itu benar dan diberi kemudahan dalam mengikutinya serta memperlihatkan kepada  kita yang batil itu batil  dan diberikan kemudahan untuk menjauhinya. 

Dan Semoga Allah memberikan keberkahan pada harta kita dan diberi kemudahan dalam menginfakkannya di jalan Allah Jalla wa 'alaa. 


=========

Di tengah rintik-rintik hujan @ Kamis, 05/03/1434 H  - 17/01/2013 M. Pkl. 12. 58 WIB.

Selasa, 15 Januari 2013

PENJELASAN TENTANG AL QURAN BERBICARA


Pada kesempatan yang lalu, tepatnya pada tanggal 8 Desember 2012, penulis pernah mengetengahkan sebuah tulisan yang berjudul BINATANG BERBICARA? Salah satunya adalah Al Qur'an sebagai salah satu katagori amal shalih yang berbicara.

Yang menjadi pertanyaan adalah bukankah Al Qur'an itu Firman Allah, sementara yang berbicara itu kan makhluk? 

Ya, Al Qur'an itu adalah Kalamullah. Bukan makhluk. Jadi yang dimaksud dengan Al Qur'an berbicara adalah  perbuatan amalnya. Itulah pendapat para ulama dalam menafsirkan hadits yang berbunyi:

"Dan Al Qur'an berkata,"Saya telah mencegahnya dari tidur di waktu malam, maka berikanlah syafaat kepadanya." (HR. Ahmad).. 

Inilah penjelasan singkat tentang Al Quran berbicara atau Al Qur'an akan mendatangi para pembacanya untuk memberikan syafaat dengan izin Allah kepada mereka. Hal ini dijelaskan agar tidak menimbulkan kerancuan dan salah persepsi. Wallahu a'lam.

___________________________________

Referensi:

Kajian Ust, Abu Yahya Badrussalam di Radio Rodja. Selasa Sore Tanggal 3 Rabi'ul Awwal 1434H.

@4 Rabi'ul Awwal 1434H. Pkl. 22.00 WIB.

Jumat, 04 Januari 2013

KISAH DUA INSAN


Dalam Minggu-minggu ini, kita disajikan berita tentang dua orang anak manusia yang berbeda kedudukannya dalam menjalani kehidupannya.

Yang pertama adalah anak seorang pejabat tinggi dan yang kedua adalah anak seorang rakyat jelata yang bekerja hanya sebagai seorang OB (Office Boy). 

Dalam pemberitaan beberapa media disebutkan bahwa, anak seorang pejabat ini, qadarullah mobil yang sedang dia kendarai menabrak sebuah mobil yang ada di hadapannya, sehingga menewaskan dua orang korban yang berusia 50 dan 1,5 tahun. Peristiwa ini berujung kepada delik hukum (penjara).

Namun yang patut diacungi jempol adalah sang bapak pelaku tabrakan ini, yang notaben adalah salah seorang menteri dan sekaligus besan dari orang nomor satu di pemerintahan pusat, menyerahkan urusan ini kepada pihak yang berwenang (polisi) untuk diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku. Sang bapak tidak menggunakan jabatannya untuk menolong putranya. Tidak menggunakan jurus aji mumpung. Ya mumpung menjadi pejabat negara.

Ingatlah, dahulu ketika ada salah seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah untuk meminta kepada beliau keringanan hukum bagi salah seorang pelaku maksiat, namun Rasulullah marah besar, bahkan beliau mengatakan, "Lau anna Faatimata binta Muhammadin saraqat, laqata'tu yadahaa (Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, aku akan potong tangannya)."

Sementara cerita yang lain, sang OB, yang bekerja di sebuah bank swasta di Bekasi mendapatkan sebuah ujian, namun dengan kesabaran dan kejujurannya akhirnya ujian tersebut membawa kebahagiaan bagi dirinya dan keluarganya.

Hal ini berawal, ketika beliau menemukan seonggok bungkusan kertas yang berisi uang sebesar RP. 100.000,- di salah satu keranjang sampah. Tentu saja uang sebesar ini bagi dirinya dan bagi kita semua adalah jumlah yang sangat besar. Namun dengan kejujurannya uang tersebut diserahkan kepada pihak bank tempat dia bekerja melalui seorang satpam.

Kejujuran membawa nikmat. Sang OB ini mendapatkan penghargaan dari pihak bank tempat beliau bekerja dan yang tidak kalah beruntungnya adalah ketika salah satu partai politik memberangkatkannya pergi umrah bersama dengan isteri dan kedua orang tuanya. Tidak sampai di situ, partai poltik peserta pemilu tahun 2014 ini-pun akan menjadikannya sebagai salah satu caleg (calon legislatif) pada pemilu yang akan datang.

Inilah kisah singkat jalan hidup dari dua orang insan yang memang sudah ditentukan Allah sejak 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan langit dan bumi. 

Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut di atas:

1. Ketergesa-gesahan akan membawa akibat buruk bagi pelakunya.

2. Tidak menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, karena Jabatan akan diminta   pertanggunganjawabnya di akhirat kelak.

3. Hukum harus ditegakkan, walaupun terhadap anak seorang penguasa.

4. Seorang mukmin harus ada dalam hatinya selalu ada dalam pengawasan Allah subhanahu wa ta'ala.

4. Kesabaran serta kejujuran akan menghantarkan orang kepada keberuntungan, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

____________________

@ 22 Shafar 1434 H/ 05 Januari 2013 M. Pkl. 06.40 WIB.