Selasa, 13 November 2012

TIPS MEMENUHI UNDANGAN YANG ADA MAKSIATNYA


Di penghujung bulan Dzulhijah ini banyak sekali kita temukan baik di kota maupun di desa, janur-janur sebagai tanda sedang ada pelaksanaan walimah. Baik walimatul 'urs maupun khitan.

Biasanya janur-janur tersebut berada di sudut-sudut jalan, di gang-gang masuk kampung atau desa. Atau di depan gedung yang disewakan untuk acara tersebut.

HUKUM MEMENUHI UNDANGAN WALIMAH 


Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

                          مُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَا

“Hak muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin”. (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

                                                                            إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْوَلِيمَةِ فَلْيَأْتِهَا 

“Jika salah seorang dari kalian diundang ke acara walimahan (resepsi pernikahan), maka hendaknya dia datang.” (HR. Al-Bukhari no. 4775 dan Muslim no. 1429)

Dari Jabir radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

                                                        إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَإِنْ شَاءَ طَعِمَ وَإِنْ شَاءَ تَرَك

“Jika kalian diundang ke acara jamuan makan, maka hendaknya dia mendatanginya. (Setelah dia datang) jika dia mau maka silakan makan, dan jika dia mau maka dia boleh meninggalkannya (tidak makan).” (HR. Muslim no. 1430)


Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:

                   بِئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى إِلَيْهِ الْأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْمَسَاكِينُ فَمَنْ لَمْ يَأْتِ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Seburuk-buruk jamuan adalah jamuan dalam pesta pernikahan, dimana yang diundang ke pesta tersebut hanyalah orang-orang kaya saja dengan mengabaikan orang-orang miskin. Dan siapa yang tidak mendatangi undangan (pernikahan) tersebut, maka sungguh dia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Muslim no. 1432)


Berdasarkan hadits-hadits di atas wajib bagi kita menghadiri undangan walimah. 


Namun bagaimana jika pada acara walimah tersebut ada kemaksiatannya? 

Bolehkahkah kita tidak hadir di sana? 

Dalam acara walimah kerap kali banyak sekali kemaksiatan yang ada di dalamnya. Seperti adanya acara hiburan berupa lagu atau musik. Sementara musik dan lagu itu dilarang dalam agama. Hal ini berdasarkan dalil surat Luqman ayat 6.


"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan".


Di dalam ayat tersebut ada kata lahwal hadits (perkataan yang tidak berguna). Kata ini ditafsirkan oleh Ibnu Mas'ud dengan al Ghina (lagu).

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghadiri undangan yang ada maksiatnya. 


Imam Al Auza’i rahimahullah berkata : 
      لَا نَدْخُلُ وَلِيْمَةً فِيْهَا طَبْلٌ وَلَا مِعْزَافٌ     

'Kami tidak mau mendatangi acara walimah yang di situ ada tambur dan mi’zaf (semacam gitar).' (Diriwayatkan oleh Abul Hasan Al Harbi dalam Al Fawaaid Al Muntaqaah 4/3/1 dengan sanad shahih, sebagaimana dalam Aadaabuz Zifaaf oleh Syaikh Al Albani rahimahullah hal. 165-166; Daarus Salaam, Cet. Thn. 1423 H).


Persoalannya, bagaimana kalau yang mengundang orang dekat kita, yang setiap hari berjumpa dengan kita, berbicara, atau hidup bertetangga dengan kita?

Melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya harus didahulukan ketimbang dari undangan manusia. Siapapun yang mengadakan acara-acara tersebut. Tetap jika ada kemaksiatan wajib bagi kita untuk tidak datang. Namun ada solusi bagi orang yang mengalami kejadian tersebut (berdasarkan pengalaman penulis). Agar di satu sisi kita tidak melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, di sisi yang lain hubungan muamalah kita dengan saudara/tetangga kita dapat terjaga dengan baik.

Ikutilah tips berikut:
  • Beritahukan jauh-jauh hari bahwa dia tidak bisa datang di hari H-nya. Berikan alasan-alasan yang logis (ingat jangan berbohong!). 
  • Datanglah pada satu atau dua hari sebelum acara H-nya.
  • Atau datangilah setelah acara berakhir. Satu atau dua hari setelahnya atau pada kesempatan yang lain.
  • Mendatangi acara walimah pada waktu-waktu berikut: menjelang shalat (lebih kurang 15 menit sebelum adzan) seperti sebelum shalat Ashar, Maghrib atau setelah Maghrib. Biasanya di saat-saat itu acara musik berhenti atau dihentikan sementara.

Selamat mencoba semoga Allah selalu memudahkan urusan kita.




SUMPAH SEORANG IBU



Kedudukan seorang ibu begitu amat mulia. Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita. Ibu adalah orang amat berjasa dalam keluarga. Begitu besar sumbahsih seorang ibu sehingga Islam begitu memuliakan seorang ibu.

Banyak ayat-ayat suci al Qur'an yang menyebutkan keutamaan orang tua, baik ibu atau bapak. Allah selalu mengaitkan setiap perintah penyembahan hanya kepada Allah lalu disambung perintah berbuat baik kepada orang tua.Terutama kepada sang ibu.

Bahkan secara spesifik Rasul yang mulia shalallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan melalui haditsnya tentang siapa orang yang harus dilayani terlebih dahulu.
  يَا رسول الله مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبّرُّ؟ قَالَ : أّمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ                             مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ  
"Wahai Rasulullah! Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya lagi, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" Lalu saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?." Rasulullah menjawab, "Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat." (HR. at Tirmidzi)


 رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ 

" Ridha Rabb terletak pada ridha orang tua dan murka Rabb terletak pada kemurkaan orang tua". (Hasan mauquf dan shahih marfu' di dalam kitab ash Shahihah (515)


Karena begitu mulianya dalam pandangan Islam sehingga melarang manusia untuk mendurhakainya. Bahkan andai kita hanya mengatakan "AH" maka itu merupakan suatu larangan, sebagaimana dikatakan Allah dalam Al Qur'an.


4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  

" Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia." (QS. al Isra': 23)

Allah mengaitkan kewajiban hamba untuk bersyukur kepada Allah dengan syukur kepada kedua orang tua.

" Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu " (QS. Luqman: 14)

Perhatikan ayat di atas, disamping perintah bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua, juga berbicara tentang keadaan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Andai seluruh hidup kita kita habiskan untuk melayani ibu kita maka itu belum melunasi jerih payah beliau.

Dari Abu Burdah, bahwasanya dia melihat Ibnu Umar dan seorang laki-laki dari Yaman sedang thawaf di Ka'bah, sambil menggendong ibunya di belakang punggungnya seraya berkata, 


  إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُذَلَّلْ أَنْ أُذْعَرَتْ رُكًابُهَا لَمْ أُذْعَرْ ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ طَاَف ابْنُ عُمَرَ فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ أَبِى مُوْسَى! إِنَّ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا  
"Sesungguhnya aku di hadapannya ibarat unta yang hina. Sekiranya unta itu mengejutkan penunggangnya, maka saya tidak mengejutkan (ibu saya -ed)." Kemudian dia berkata, "Wahai Ibnu Umar! Apakah engkau melihat saya telah membalasnya (kebaikan ibu saya -ed)?" Ibnu Umar menjawab, "Belum, bahkan tidak sebanding dengan tarikan nafasnya disaat melahirkan." Lalu Ibnu Umar thawaf kemudian mendatangi makam Ibrahim lalu shalat dua rakaat kemudian berkata, "Wahai Ibnu Abu Musa! Sesungguhnya setiap dua rakaat shalat akan bisa menghapus dosa-dosa yang berada di depannya (sebelumnya)."

Berbuat durhaka kepada sang ibu akan menimbulkan murka Allah Ta'ala. Hindari dari sumpahnya seorang ibu. Karena perkataannya dijabah oleh Allah.

Ada kisah menarik mengenai kedurhakan seorang anak kepada sang ibu. Ikuti kisah berikut ini.

Pada hari ini tanggal 12 Nopember 2012, penulis mengantarkan jauzah (isteri) ke tempat rapat guru Raudhatuk Athfal (RA) di daerah Tanjung Pura Pegadungan Jakarta Barat. Lebih kurang 500 meter sampai ke tempat yang dituju tiba-tiba ban belakang kempes. Alhamdulillah kurang lebih 10 meter kami menemukan tempat menambal ban motor.

Di tengah-tengah masa menunggu, tiba-tiba dari pertigaan jalan, muncul seorang laki-laki paruh baya dengan bertelanjangkan dada berjoget ria sambil mendedangkan sebuah lagu dengan gayanya. Terus bernyanyi hingga melewati penulis yang sedang menunggu hasil tambalan ban motor sampai tidak terlihat lagi dari pandangan mata. Ternyata laki-laki tersebut telah hilang ingatan (gila).

Tiba-tiba sang penambal ban berkata, " Itu akibat durhaka kepada ibunya". " Dia orang asli sini? Sudah lama seperti itu?". Penulis bertanya.

Si Abang (ternyata penduduk asli Jakarta) penambal ban menjawab. " Ya, dia asli sini. Dah lama gilanya. Dahulu ketika masih bujangan dia sering kali mencuri uang ibunya, terakhir dia mengambil emas milik sang ibu, ketika ditanya dia tidak mengakuinya. Sehingga ibunya ini berkata, " Mudah-mudahan jadi orang gila dan nanti tangannya kitingan (tangan yang terus bergerak dengan spontan)". Inikah akibat sumpah seorang ibu? Wallahu a'lam.

Ketika adzan Zhuhur hampir tiba, penulis menuju masjid, tanpa disengaja penulis menemukan laki-laki tadi sedang memakan sepotong buah atau makanan yang ada di TPS (tempat pembuangan sampah). Subhanallah.

Benarlah apa yang dikatakan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:

     مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ . 

"Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk dipercepat siksanya atas pelakunya dan siksanya yang ditunda daripada berlaku aniaya dan memutuskan hubungan kerabat."
Shahih, di dalam Ash-Shahihah (915, 916), (Abu Daud, 40-Kitabul Adab, 43- Bab An-Nahyu Anil Baghyi, At-Tirmidzi, 351- Kitab Al Qiyamah, 57 Bab Haddatsana Ali ibnu Hajar ibnu Majah, 37 Kitab Az-Zuhd, 23- Bab Al Baghyu, hadits 4211).

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

 ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا.   

"Ada tiga golongan yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu doa orang dizhalimi, doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)