Senin, 13 Juli 2015

MAKNA PULANG KAMPUNG

Pada Minggu-Minggu terakhir menjelang Idul Fitri ini sebagian besar saudara-saudara kita yang merantau di sebagian kota-kota besar di seluruh Indonesia, tengah bersiap-siap untuk pulang ke kampung halaman tercinta atau mungkin sudah sampai di sana.

Hampir semua alat-alat transportasi digunakan dan dimanfaatkan, mulai dari bis sampai dengan pesawat terbang. Mulai dari yang gratis atau yang berbayar dengan cara memesan tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Mereka lakukan semua ini dengan alasan ingin berlebaran dan bersilaturahim dengan sanak famili di kampung.

Berbagai macam persiapan dilakukan untuk kegiatan tahunan ini, mulai dari membeli tiket, pakaian baru, perhiasan baru dan aksesorisnya, bahkan tak lupa membawa "mentahnya" yaitu berupa uang, baik yang di tangan maupun yang masih ada di kartu-kartu ATM atau kartu kredit. Peristiwa ini terjadi dari tahun ke tahun dan menjadi salah satu budaya unik anak bangsa.

Tidak tahukah kita bahwa peristiwa ini mengingatkan kita pada pulang kampung yang sebenarnya? 

Bukankah yang dilakukan saudara-saudara kita itu disebut pulang kampung? Ya, tetapi tidak yang sebenarnya! Bukankah yang pulang kampung sekarang itu akan kembali lagi ke tanah rantaunya setelah lebaran?

Lalu apa yang dimaksud dengan kampung yang sebenarnya?

Yang dimaksud dengan kampung yang sebenarnya adalah "KAMPUNG AKHIRAT". Kampung kekekalan, kampung keabadian, negeri yang apabila seorang hamba berada di sana maka tak akan kembali lagi ke dunia.

Dari peristiwa ini dapat kita simpulkan bahwa:

1. Kita semua adalah para perantau dan dunia ini adalah negeri perantauan.

2. Berapa lamapun kita berada di tanah rantau, pasti akan kembali kepada Allah.

3. Persiapan yang dilakukan ketika pulang kampung yang sebenarnya adalah dengan melakukan berbagai amal shaleh yang akan bermanfaat di akhirat kelak.

Karenanya kita manfaatkan dunia sebagai sarana ibadah kepada Allah. Jadikan dunia di tangan kita, bukan sebaliknya dunia yang menguasai kita. Jangan tertipu dengan dunia! Karena sesungguhnya nilai dunia tidak lebih dari bangkai seekor anak kambing yang cacat yang berada di hadapan manusia.


===============================
@27 Ramadhan 1436 H / 13 Juli 2015 M