Kamis, 08 November 2012

ANDA SEORANG CAMAT


Jika berbicara jumlah profesi atau jabatan yang disandang seseorang yang ada di dunia ini, subhanallah, jumlah yang terhitung amat banyak. Tapi tahukah Anda, ada satu jabatan yang melekat di setiap orang. Ya di setiap orang, bahkan seorang bayi yang baru lahir sekalipun, dia akan menyandang jabatan ini.

Percaya atau tidak .......Ya itulah kenyataannya. Semua orang yang lahir dan merasakan kehidupan di alam dunia yang fana ini, pasti akan memperoleh jabatan ini. Apa dalilnya?

Mari kita buka surat Ali 'Imran ayat 185.


@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur šcöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# Ÿ@Åz÷Šé&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quŠyÛø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ  



" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.".

Lalu ada yang bertanya, bukankah itu ayat tentang kematian? Lalu di mana pernyataan yang mengatakan tentang jabatannya?

Ya memang, ayat ini berbicara tentang kematian. Bukan yang lain. Tapi sadarkah Anda bahwa Anda akan mengalami kematian? Bukankah kita semua ini calon-calon orang yang akan mengalami kematian? Kalau Anda setuju dengan pertanyaan-pertanyaan ini, berarti Anda berhak memperoleh jabatan itu.

Wah tambah gak ngerti nih!

Ishbir (Sabar), mahlan-mahlan (pelan-pelan), ya akhi!

Saya tanya lagi, BUKANKAH ANDA AKAN MATI? CALON MATI, KAN?

Iya kita semua calon mati, tapi mana jabatannya? CALON MATI itulah JABATANNYA.
Sudah faham? alhamdulillah. Tapi sepertinya ada yang belum nih?

CALON MATI itu adalah kependekan dari CAMAT

Baru ngerti kan? Itulah jabatan yang dimaksud.Siapapun kita, apapun profesi, jabatan, kedudukan kita saat ini, tetaplah kita akan menyandang jabatan yang satu ini, walaupun dia seorang pemulung sekalipun, tetap dia seorang CAMAT.

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Siapapun orangnya, dia akan menemui kematian. Perkara ini banyak yang diluputkan orang. Tidakkah dia mengambil pelajaran dari orang-orang sekitar yang lebih dahulu dipanggil Allah? Tidakkan dia mendengar dari corong-corong masjid atau mushalla tentang khabar kematian seseorang? Tidakkah dia belajar dari perkara ketika menggali kubur, memandikan, mengkafani, menshalatkan, serta menguburkan seseorang?

Hari ini dia menggalikan kubur seseorang, besok atau entah kapan kubur akan digali untuknya. Hari ini dia menshalatkan seseorang, suatu saat dia akan dishalatkan. Hari ini dia menggotong mayat, lusa dia akan digotong mayatnya. Begitu seterusnya.

Ada sebuah kisah tentang seorang pedagang kain kapan dan perlengkapannya yang sedang membereskan barang dagangannya. Di tengah kesibukannya, datanglah seorang pemuda sambil bertanya, "Sedang apa Pak?" Oh, saya sedang membereskan barang dagangan nih, siapa tahu ada yang datang untuk membelinya!"

Di sore harinya, ada yang datang untuk membeli barang dagangannya. Ternyata kain kapan tersebut dibeli untuk diri si pemuda yang tadi pagi datang dan bercakap-cakap dengannya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Kita tidak akan tahu kapan diri kita akan menghadap Alllah. Kematian adalah rahasia di antara rahasia Allah. Kita-pun tidak akan tahu di bumi mana kita akan mati.

Karenanya kita perlu bekal. Bekal yang terbaik adalah TAKWA

" Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah takwa" (QS. al Baqarah : 197)

Abu Bakar as Shiddiq pernah berkata:

" Barangsiapa masuk kubur tanpa bekal, seperti orang yang mengarungi lautan tanpa kapal".

Wahai PARA CAMAT, bersiap-siaplah menuju kematian. Perkara yang begitu besar, sampai-sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan:

" Perbanyaklah dari mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)".

Jadi memperbanyak kematian itu suatu keharusan. Karena ini perkara yang datangnya tiba-tiba kepada kita, tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Wahai PARA CAMAT ingatlah khabar berikut:

Di sebuah rumah ada seekor semut yang mengumpulkan biji-bijian di musim kemarau dan memakannya di musim penghujan. Di suatu hari di saat semut membawa butiran bijian di mulutnya, datanglah seekor burung Pipit lalu mematuknya beserta biji-bijian yang ia kumpulkan dan semua yang ia harapkan pun kandas.

Begitu juga dengan kehidupan manusia, tatkala ia mengumpulkan harta, tibalah ajalnya menjemput dirinya dan segala yang ia kumpulkan. Dia berharap bahwa dunia akan kekal, namun ajal lebih dulu datang dan harapanpun melayang. Begitupun belenggu memasung kaki gajah, gajah tetap hidup namun kakinya telah mati.

Beramal shaleh-lah sebanyak mungkin, diiringi dengan do'a dan tetaplah selalu berdo'a kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan memeluk dinul haq, agama Islam. Mati dalam keadaan husnul khatimah.


" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam."
 ( QS. Ali 'Imran: 102)