Kamis, 15 November 2012

BERKURANG KEMBALI UMUR KITA


Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti dengan tahun. Tak terasa alhamdulillah kita telah berada di bulan Muharram dan tak terasa pula umur kita kian bertambah namun pada hakekatnya terus berkurang.

Lah kok berkurang? Bukankah setiap datangnya tahun umur kita bertambah? Tampaknya seperti itu tetapi sebenarnya tidak. Karena umur manusia semua sudah ditentukan Allah, bahkan sejak dini. Sejak kapan? Sejak ditiupkan ruh kedalam rahim sang ibu.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (cairan). Kemudian menjadi 'alaqah (darah) selama waktu itu (40 hari). Kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama waktu itu pula. Kemudian diutus kepadanya malaikat dan meniupkan padanya ruh, lalu ditetapkan kepadanya 4 hal: ditulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia." (HR. Bukhari Muslim)

Jadi ketika usia seseorang 120 hari (40 hari x 3) maka ketetapan Allah berlaku bagi seorang hamba yaitu  berupa rizki, ajal (umur), amal, dan celaka atau bahagia (neraka atau surga).

Secara zhahir memang kelihatannya bertambah terus umur kita, tetapi kenyataannya tidak. Justeru semakin berkurang jatah hidup kita setahun.

Datangnya tahun yang baru ini menjadikannya sebagai momen untuk bermuhasabah (introspeksi diri) terhadap apa yang kita lakukan setahun yang lalu. Walaupun yang namanya muhasabah tidak harus setiap tahun, tetapi selaku seorang muslim seharusnya memuhasabah dirinya tiap saat, setiap waktu.

Benarlah apa yang dikatakan Umar Ibnul Khaththab radiyallahu 'anhu yang mengatakan:

"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab".

Artinya apa? 

Perkataan beliau ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa sebagai seorang muslim seharusnya mengintrospeksi dirinya saat hidup di alam dunia yang fana ini. Karena kelak dirinya akan dihisab di Mahkamah Allah di Hari Kiamat.Yang keadaannya jauh lebih berat ketimbang hisab dunia.

Setahun adalah waktu yang cukup panjang. Segala macam perbuatan dilalui dengan berbagai macam amal. Baik amal yang shalih atau sebaliknya. Sejauh mana amal shalih mendominasi dan menghiasi kehidupan kita. Mana yang lebih banyak di antara kedua amalan tersebut, khair (baik) atau Syarr (buruk)? Sementara amalan baik itu akan menghantarkan kita menuju Jannah (surga)-Nya Allah Ta'ala.

"Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185)


Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik? Beliau menjawab,"Orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya".
(HR. Ahmad, at T irmidzi, ath Thabrani, al Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih al Jami' no. 3297).

Yang seperti inilah ciri manusia yang beruntung.

Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan kita tentang sebaik-baiknya bekal.


"Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal". (QS. al Baqarah: 197)

Ingatlah! Kampung kita yang abadi adalah kampung akhirat, karenanya persiapkan diri kita untuk hidup di sana. Dan yang terakhir, momen Muharram ini semestinya mengingatkan kita, untuk terus menuntut ilmu, belajar dan belajar dengan disertai amalan shalih sampai datang kematian.

Firman Allah Ta'ala:


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al Hasyr: 18)



" Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. al Hijr: 99)







                                                               




.