Sabtu, 03 November 2012

SUDAH BENARKAH TAKBIR ANDA?


Takbir mengandung makna mengagungkan dan membesarkan Sang Pencipta Allah Subhaanahu wata 'Aalaa.

Dalam shalat kita mengenal dua macam takbir: Takbiratul Ihram dan Takbiratul Intiqal.

Apa perbedaan dari keduanya?
TAKBIRATUL IHRAM adalah takbir yang dilakukan oleh orang yang akan shalat dengan mengangkat kedua belah tangan sejajar dengan bahu atau sejajar dengan telinga sambil mengucapkan kalimat ALLAHU AKBAR.


TAKBIRATUL INTIQAL adalah takbir perpindahan. Yakni perpindahan dari satu gerakkan ke gerakan lainnya dalam shalat. Misalnya takbirnya seseorang dari posisi berdiri ke ruku atau sujud, atau bangun dari rakaat pertama ke rakaat kedua dan seterusnya dengan ucapan yang sama seperti Takbiratul Ihram.

Takbiratul Ihram merupakan peruwujudan perintah Allah:

"Maka dia ingat nama Tuhannya lalu dia shalat" (QS. al A'la : 15)

" Dan Tuhanmu agungkanlah" (QS. Al Mudatstsir : 3)

Takbiratul Ihram adalah salah satu bagian dari fardhu atau rukun-nya shalat.

Sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam:
" Kunci shalat adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya di waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam". (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan yang lainnya, hadits shahih).
" Bahwasanya Nabi shallallaahu 'alaihi wasalam apabila berdiri hendak shalat, beliau berdiri dengan tegak lalu mengangkat kedua belah tangannya seraya berucap: ALLAHU AKBAR " (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

Namun apakah takbir yang kita lakukan selama ini sudah mengikuti takbir yang diajarkan Rasul shalallaahu 'alaihi wasallam? Bagaimana takbir yang sebenarnya?

Berikut  ini penjelasan tentang hal ihwal tentang Takbir dan beberapa kesalahan pada saat mengucapkan TAKBIRATUL IHRAM atau INTIQAL.

1. Mengucapkan Takbir harus dengan kalimat ALLAHU AKBAR tidak dengan yang lainnya. Misalnya seseorang mengucapkan takbir dengan kalimat " ALLAH AR RAHMAAN, ALLAH AL 'ADHIIM, ALLAH AL GHAFUUR " dan sebagainya. Atau seorang mengucapkan AKBAR ALLAH (dibalik). Maka semua itu bukankanlah dinamakan kalimat takbir.

2. Tidak memanjangkan huruf  Hamzah Washal pada lafadz Allah sehingga menjadi AALLAHU AKBAR. Karena A yang dipanjangkan di sana menjadi istifham (kata tanya) dalam bahasa Arab yang maknanya " apakah ". Jadi kalimat di atas memiliki makna apakah Allah Maha Besar? sesuatu kekeliruan yang besar.

3. Tidak juga memanjangkan huruf  BA pada kata AKBAR. Karena apabila dipanjangkan akan berakibat patal maknanya. AKBAAR bermakna REBANA.

4. Tidak menambahkan HUWA di depan kata AKBAR sehingga menjadi ALLAH  HUWAKBAR. Bermakna Allah Dia Maha Besar.

4. Tidak menambahkan huruf  WAWU (huruf athaf) di depan kata ALLAH sehingga kalimatnya menjadi WALLAHU AKBAR. Ini mengandung arti " Dan Allah Maha Besar ".

5. Dalam mengucapkan takbir pun harus satu kesatuan, artinya tidak diputus satu dengan yang lainnya. Misalnya mengucapkan ALLAH .......berhenti ........ kemudian mengucapkan AKBAR.

6. Di dalam bertakbir tidak merubah kalimat AKBAR menjadi AKBIRU. AKBIRU bermakna aku membesarkan. ALLAHU AKBIRU = Allah aku membesarkan.

7. Ketika takbir tidak boleh menambahkan WAWU yang disukun di belakang kata ALLAH sehingga menjadi ALLAHUU sehingga memiliki makna Allah kalian.

8. Tidak membaca takbir secara sempurna. Seperti hanya lafadz Allah saja yang dibaca sementara lafadz Akbar-nya tidak. Biasanya diucapkan ketika sang imam hendak sujud dari posisi berdiri.

8. Memanjangkan huruf LAM dari kata ALLAH  melebihi batasan panjangnya.Ini sering kali terjadi khususnya pada saat pelaksanaan shalat berjamaah, dimana sang imam membacanya melebihi dari panjang yang sewajarnya. Misalnya ketika berdiri hendak sujud atau bangkit dari rakaat pertama menuju rakaat kedua atau selanjutnya. Coba bayangkan berapa harakat yang dibaca sang imam?????

Lalu berapa sih panjang yang semestinya? Dalam kaidah ilmu tajwid panjangnya hanya 2 harakat, baik dalam TAKBIRATUL IHRAM maupun INTIQAL (walaupun ada perbedaan tentang permasalahan ini, tetapi yang wasath atau pertengahan dalam menyikapi permasalahan ini adalah dengan keluar dari ikhtilaf, yakni dengan memanjangkan sewajarnya saja sesuai dengan kaidah tajwid).

9. Tidak mengeraskan bacaan takbir ketika memulai shalat hanya dengan gerakan bibir saja. Ini adalah suatu bentuk kesalahan.Yang benar hendaknya dengan mengeluarkan suara minimal terdengar oleh dirinya sendiri.

Itulah sekelumit penjelasan tentang Takbir yang benar disertai dengan beberapa kesalahan yang kerap kali terjadi di masyarakat kaum muslimin baik ketika shalat berjamaah atau shalat sendiri. Baik dilakukan oleh sang imam maupun makmum itu sendiri. Ketika kita sudah faham tentang hal ini dan kalaupun kita sempat melakukan kesalahan seperti ini, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan menerima ibadah shalat kita berdasarkan ilmu yang dimiliki.


_________________________
Referensi:

1. Ust. Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A  (syarah kitab Safinatun Najah).
2. Thaalibul 'ilm. Mukhtashar Syarah Arkanul Islam. Judul Terjemahan Tuntunan Shalat Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah). Penerbit Daarul Haq.
3. Ibnul Qayyim al Jauziyyah. Rahasia Shalat. Penerbit Alif Media.
4. Abdul Qadir ar Rahbaawy. as Shalah 'alaa al Madzaahib al 'Arba'ah.