Rabu, 05 Desember 2012

KEMASLAHATAN MENGIKUTI SUNNAH


Mengikuti sunnah di samping kewajiban sebagai muslim, juga memiliki kemaslahatan yang banyak, baik bagi diri maupun orang lain.

Salah satu contoh dalam mengikuti sunnah adalah dengan mencontoh waktu tidurnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Memangnya kapan waktu tidurnya Rasul? 
Allah tabaraka wa ta'ala telah berfirman:  

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. al Ahzab: 21).

Sungguh jelas dalam ayat di atas, sesungguhnya pada diri Rasul itu ada padanya suri tauladan, termasuk dalam masalah tidur. Dimana letak kemaslahatan tidurnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bagi umat ini.

Anda pernah merasakan gelapnya malam akibat ada pemadaman listrik secara bergilir yang dilaksanakan PLN? Mengapa hal itu bisa terjadi? Di antara alasannnya, PLN tidak memiliki pasokan cukup energi listrik sehingga harus mematikan listrik di sebagian daerah dan menghidupkan di daerah yang lain.

Sebenarnya, jika pola waktu tidur Rasul diterapkan di masa-masa sekarang, niscaya kita akan terhindar dari apa yang disebut pemadaman listrik secara bergilir. 

Memangnya pola waktu tidur Rasulullah seperti apa sih?

Rasulullah tidur setelah menunaikan ibadah shalat Isya dan ba'diyahnya. Beliau tidak tidur sampai larut malam kecuali ada keperluan. Pengecualian ini antara lain mudzakarah ilmu, melayani tamu dan sebagainya. Dan kebiasaan Rasul tidak tidur sebelum melaksanakan shalat Witir, baik di awal atau di akhir malam. Tetapi Rasul lebih banyak mengerjakan Witirnya pada akhir malam setelah shalat Lail (Tahajud). 

Rasulullah memberi nasihat kepada sahabat Abu Hurairah radiyallahu 'anhu untuk tidak tidur sebelum mengerjakan shalat Witir dahulu.

"Kekasihku pernah memberiku 3 nasihat: puasa 3 hari pada setiap bulan, shalat 2 rakaat di waktu Dhuha, dan Witir sebelum tidur."  (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar dan Umar tentang shalat Witir mereka berdua. Disebutkan dalam riwayat tersebut, Abu Bakar Witir di awal malam sedangkan Umar di akhir malam, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Bakar, " Abu Bakar telah mengambil jalan kehati-hatian. Kepada Umar Rasulullah bersabda, "Umar telah mengambil jalan kekuatan." (HR. Abu Daud).

Inilah letak kemaslahatannya. Karena dalam sebuah riwayat Rasulullah memerintahkan umatnya untuk mematikan lampu pada saat tidur. 

Dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Matikan lampu-lampu di waktu malam jika kalian hendak tidur, tutuplah pintu-pintu, bejana, serta makanan dan minuman kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah termasuk penghematan. Kalau dahulu di zaman beliau belum ada yang namanya lampu listrik, tetapi yang ada saat itu adalah minyak. Mematikan lampu minyak pada saat tidur itu akan menghemat penggunaan minyak yang dipakai.

Demikian pula, jika umat Islam menerapkan cara ini dengan cara mematikan lampu listrik saat tidur, maka ini akan menghemat ribuan watt listrik. Subhanallah. Dan ini suatu penghematan yang besar lagi menguntungkan pihak PLN. 

Dan yang lebih menguntungkan lagi dari meniru pola tidur Nabi, seseorang bisa  bangun di sepertiga akhir malam, tidak lain adalah untuk melaksanakan qiyamul lail (shalat malam). Sungguh ini akan memperoleh Keuntungan ganda. Keuntungan dunia dan akhirat.

Mulailah dengan sunnah ini, insya Allah kemashalatan akan selalu bersama kita.


______________________________________
22 Muharram 1434 H/6 Desember 2012 M. Pkl. 6.45 WIB