Minggu, 04 November 2012

AMALAN PEMBERAT TIMBANGAN


Gambar hanyalah ilustrasi
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan tidak dengan kesia-siaan. Seluruh perilaku manusia selama hidup di dunia ini akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.

Dunia tempat untuk menanam, akhirat tempat menuai (memanen) hasil tanaman. Jika ingin menghasilkan panen yang bagus hendaklah menanam dengan kualitas bibit yang bagus.

Seluruh amal perbuatan manusia di dunia, yang baik atau buruk kelak akan  ditimbang. Berat ringannya timbangan          kebaikan, sangat tergantung pada amal shaleh yang dilakukan selama di dunia, begitu pun sebaliknya.
     
Mau dapat pahala besar dan menjadi pemberat timbangan di akhirat kelak? mau?????

Ikuti penjelasan berikut:

Suatu saat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu mendengar Rasulullah bersabda:

Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan dan dicintai ar Rahman (Allah):


subhanallahi wabihamdihi subhanallahil 'azhim.

(Maha suci Allah & segala puji-pujian bagiNya, Maha suci Allah yang Maha Agung)HR. Muttafaq 'Alaih.



Benarkah yang demikian menjadi kenyataan? Hanya dengan mengucapkan kalimat itu timbangan kita menjadi berat?

Ya, sangat benar. Penulis katakan sekali lagi 100% sangat benar..... bahkan 1000% akan terjadi, insya Allah.

Kenapa penulis yakin, karena yang mengatakan adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, Rasul Allah, Nabiyullah, as Shadiq al mashduq yang perkataannya merupakan wahyu dari Allah.

Firman Allah:    

" Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". (QS. an Najm: 3-4)


Lalu kapan kita harus membacanya dan berapa banyak jumlahnya? 

Rasul yang mulia telah mengajarkan kepada umatnya berupa dzikir-dzikir yang shahih melalui lisan beliau. Dikir-dzikir itu ada yang bersifat muthlaq dan ada yang muqayyad. Apa perbedaan keduanya?

Muthlaq artinya tidak ditentukan waktu dan jumlahnya, sementara muqayyad kebalikannya, yakni membacanya dengan bilangan-bilangan tertentu dengan waktu yang telah ditetapkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.

Apa contohnya? Dzikir yang muqayyad seperti membaca subhanallah, al hamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing sebanyak 33x setelah shalat wajib.Contoh lain, dzikir masuk & keluar kamar mandi, masuk & keluar masjid, do'a hendak tidur dan sebagainya.

Sementara dzikir yang bersifat muqayyad contohnya banyak sekali, salah satunya adalah dzikir yang sedang dibahas kali ini yaitu: 

subhanallahi wabihamdihi subhanallahil 'azhiim. 


Apa kata syaikh al Utsaimin tentang dzikir ini, beliau menerangkan:


“Kedua kalimat ini merupakan penyebab kecintaan Allah kepada seorang hamba.” Beliau juga berpesan, “Wahai hamba Allah, sering-seringlah mengucapkan dua kalimat ini. Ucapkanlah keduanya secara kontinyu, karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) dan dicintai oleh ar-Rahman, sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikanmu sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan, ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘azhim’. Maka sudah semestinya setiap insan mengucapkan dzikir itu dan memperbanyaknya.” (Syarh Riyadh as-Shalihin, 3/446)

Tunggu apa lagi, mari kita mulai mendawamkan dzikir ini sebanyak-banyaknya tanpa dibatasi bilangan dan waktu tertentu. Yang terbaik berdzikir dengan menggunakan jari jemari tangan kanan kita. Ingat tangan kanan kita. Karena inilah contoh terbaik dari rasul yang mulia dan di akhirat nanti jari jemari ini akan menjadi saksi kebaikan di hadapan Sang Khalik. Di saat mulut-mulut terkunci rapat, tangan berbicara dan kaki menjadi saksi atas perbuatan yang dilakukan(baca surat Yasin : 65). Tapi ingat berdzikirnya sendiri-sendiri, tidak berjamaah.  

Sekali lagi, ingin berat timbangan kebaikan bacalah selalu: 

subhanallahi wabihamdihi 
subhanallahil 'azhim.