Rabu, 05 Februari 2014

BERHUTANG

Apakah Anda orang yang suka berhutang?

Andakah orangnya yang menggampangkan dalam berhutang?

Ataukah Anda ingin berhutang?

Berhutang merupakan perbuatan yang lazim dilakukan oleh manusia dalam pergaulannya dengan sesama mereka. Biasanya seseorang itu berhutang dikarenakan ada kebutuhan yang mendesak. Tetapi banyak juga orang yang berhutang karena hobi. Hobi berhutang ke sana kemari, dari si-A sampai si-Z dimohonkan untuk mendapatkan hutangnya.

Berhutang tampaknya mudah dilakukan seseorang, namun sulit dalam pembayarannya.

Tahukah Anda orang yang berhutang akan diminta pertanggunganjawabnya mengenai hutangnya sampai akhirat. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits, ada orang yang muflis (bangkrut) disebabkan hutangnya. Kelak seluruh amalnya akan diambil untuk membalas kezaliman atau membayar hutang yang dimilikinya kepada orang lain.

Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sempat tidak mau untuk menyolatkan seseorang yang meninggal, dikarenakan dalam diri orang tersebut ada sedikit hutang. Namun ketika ada sahabat yang mau membayar hutangnya, Rasulullah pun mau menyolatkan. Orang yang meninggal dan masih punya hutang serta belum dibayarkan ahlinya, maka menjadi beban dirinya di alam kubur. Juga orang yang mati syahid di jalan Allah pun tidak akan mudah begitu saja masuk surga karena kedudukannya di sisi Allah sebelum dibayarkan hutangnya. Apa jadinya dengan kita?

Apakah berhutang tidak boleh?

Berhutang adalah sesuatu yang boleh dilakukan, namun tidak dijadikan sebagai kebiasaan dan hobi. Manusia yang mulia saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saja pernah berhutang kepada seorang yahudi. Tetapi hutang beliau hanya untuk keperluan makan saja (primer). Sementara orang sekarang sebaliknya, hal-hal yang tidak diperlukan dijadikan objek untuk berhutang padahal keperluan primernya sudah terpenuhi. Wal 'iyaadzu billaah.

Waspadalah terhadap hutang! Boleh berhutang tetapi ingat wajib bagi kita membayarnya.

Ketika sang pemilik menagih hutang, bayarlah dengan cara yang bijak. Katakan dan mintalah tempo jika belum mampu membayarnya. Jangan sebaliknya, justeru yang berhutang lebih galak ketimbang si pemberi hutang, subhaanallaah.

Demikian juga bagi si pemberi hutang bijaklah dalam menagih, tagihlah dengan ucapan yang baik, berilah kelonggaran dalam pembayaran. Jika si penerima hutang tidak mampu membayarnya, bebaskanlah hutangnya. Karena seorang muslim yang memberikan kemudahan dalam urusan saudaranya sesama muslim, kelak Allah akan memudahkan urusannya di akhirat.

@yaumul khamis, 6 rabi'uts tsani 1435, pkl: 14. 50 wib.

PERBEDAAN ILMU DAN HARTA

Ada dua (2) perkara yang selalu berada di sekitar manusia. Dua perkara ini sangat dibutuhkan manusia. Namun antara yang satu dengan yang lain sangat jauh perbedaan dan kedudukannya. Dua perkara itu adalah ILMU dan HARTA.

Inilah perbedaan di antara keduanya:

1. Ilmu jika diberikan, maka si pelakunya akan selalu ingat sedangkan harta akan hilang dan   berkurang.

2. Ilmu akan mengikuti pelakunya sampai meninggal, harta akan ditinggalkan pemiliknya.

3. Ilmu akan menjaga seseorang, harta orang akan menjaganya.

4. Ilmu dapat menghakimi sementara harta dihakimi.

5. Orang berilmu dibutuhkan sang raja, orang kaya dibutuhkan si miskin.

6. Jiwa bersih dengan ilmu, harta tidak akan menambah kesempurnaan.

7. Ilmu menarik kepada kebahagiaan sedangkan harta akan mengajak kepada kesengsaraan.

8. Harta bisa didapatkan oleh siapa saja sementara ilmu hanya didapat oleh orang mukmin. 

Inilah delapan perbedaan mendasar antara ilmu dan harta. Semoga bermanfaat.

@ Yaumul Khamis, 6 Rabi'uts Tsani 1435 H, Pkl: 14.08 WIB.


PENGERTIAN HATI YANG SELAMAT

Surga adalah tempat yang suci lagi mulia. Di dalamnya penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan bagi para penghuninya. Surga bukanlah seperti apa yang terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, atau seperti apa yang terbersit dalam hati kita.

Oleh karenanya, para penghuninya adalah manusia-manusia pilihan yang yang memiliki hati yang selamat ketika berjumpa Allah Azza wa Jalla, Sang Pemilik surga yang mulia, sebagaimana tertuang dalam surat Asy Syu'ara (26) ayat 89.

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati selamat (bersih)"

Selamat dari apa?

Para ulama menafsirkan, selamat dari kesyirikan, kebid'ahan, segala bentuk dosa dan kemaksiatan.

Ya, syirik adalah dosa yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya, bahkan Allah tidak akan pernah mengampuni orang yang melakukannya sebelum dia bertaubat dengan sesunguhnya kepada-Nya.

Banyak sekali ayat dan hadits Nabi yang mengecam perbuatan syirik ini, di antaranya surat An Nisa (4) ayat 48 dan 116. Sementara Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melalui sabda-sabdanya memperingatkan bahaya kesyirikan, seperti Rasul mengatakan: "Jauhilah dari 7 perkara yang membinasakan yaitu syirik kepada Allah, ..............

Bid'ah adalah mengada-ada dalam urusan agama. Ini adalah perkara yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Bahkan Nabi selalu mengingatkan umatnya agar menjauhi perbuatan bid'ah di setiap khutbahnya.

"Setiap Bid'ah itu sesat dan setiap sesat itu di neraka"

Dalam riwayat Bukhari Muslim beliau bersabda:

"Barangsiapa membuat-buat sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami yang tidak ada darinya, maka dia tertolak."

Imam Sufyan Ats Tsauri mengatakan: Bid'ah itu lebih disukai Iblis daripada dosa dan kemaksiatan.

Sementara dosa dan kemaksiatan adalah perbuatan yang menjerumuskan pelakunya masuk ke dalam neraka. Dosa adalah perangkap-perangkap syetan dalam mempengaruhi manusia untuk ingkar kepada Allah.

Semoga Allah menjauhi kita dari dari segala bentuk kesyirikan, kebid'ahan, dan kemasiatan kepada Allah. Dan semoga kita dapat bertemu dengan Allah dalam keadaan hati yang selamat.


@Yaumul Khamis, 6 Rabi'uts Tsani 1435 H Pkl.13.40 WIB.