Rabu, 28 November 2012

PENTINGNYA DIALOG & DISKUSI


Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".

Apa kira-kira yang ada di benak Anda mengenai surat as Shafaat : 102 di atas?

Atau bagaimana dengan ayat ini?

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al Baqarah:30)

Bagaimana dengan yang ini?

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. al  'Araf: 12)

Lalu bagaimana pula dengan yang satu ini?

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat " (QS. al Mudatstsir 42-43)


Anda pasti tahu bukan? Ya itu adalah bentuk hiwar (Arab), conversation (Inggris), dialog atau percakapan (Indonesia). Masih banyak sekali di dalam kitab suci al Qur'an yang menyebutkan tentang dialog. Baik itu dialog Allah dengan makhluk-Nya atau seorang nabi dengan anak-anaknya, atau penghuni surga dengan neraka dan sebagainya.

Pengertian Dialog & Diskusi

A. Dialog
1. Penuturan kata-kata oleh para pemeran
2. Percakapan antara seorang tokoh dengan tokoh lainnya.

Secara etimologis berasal dari bahasa yunani διά (dia, jalan batu / cara) dan λόγος (logos, kata), sehingga dapat diartikan sebagai ‘cara manusia dalam mengunakan kata’. Dialog merupakan percakapan timbal balik antara dua orang atau lebih. Berlawanan dengan diskusi yang punya kecenderungan menuju sebuah goal tertentu, mencapai sebuah persetujuan, memecahkan persoalan, atau memenangkan opini seseorang, dialog bukan sebuah teknik untuk memecahkan persoalan atau sarana resolusi konflik.

B.Diskusi
Diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara. Dengan berdiskusi kita dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh pengalaman-pengalaman.
Diskusi adalah pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat.

Penekanan pada artikel kita kali ini adalah dialog orang tua kepada putra/i-nya. Coba lihat kembali ayat suci yang paling atas. Itu adalah dialog antara Nabiyullah Ibrahim 'alaihi salaam dengan putra kesayangannya Ismail.

Apa gerangan yang terjadi saat itu? Dialog ini berkisar tentang rencana Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail sebagai perintah dari Allah azza wa jalla. Ibrahim selaku sang bapak tidak bersikap otoriter, semau dia saja. Tetapi beliau selaku Khalilullah (kekasih Allah) mengajak duduk bersama, bertukar pikiran dengan anaknya melalui dialog.


Coba perhatian pokok pikiran Ibrahim 'alaihi salaam:

"Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"


Dan inilah jawaban Ismail sebagai anak yang shaleh dengan ucapan:



"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".

Dialog ini sebenarnya kalau kita perhatikan secara seksama akan banyak pelajaran yang dapat kita ambil diantaranya:


1. Dialog serta diskusi akan membuka wawasan keilmiahan bagi para pelakunya. Karena melalui dialog & diskusi itu akan memunculkan ide-ide baru, pendapat-pendapat yang brilian yang dikeluarkan peserta sehingga keinginan-keinginan bisa dicapai bersama.


2. Seorang bapak selaku kepala rumah tangga tidak boleh bersikap otoriter, mau menang sendiri, segala kemauannya harus dituruti tanpa mau menerima pendapat putra/i-nya. Anak bukanlah objek penderita yang selalu disalahklan.


3. Ketika anak diajak dialog, diskusi duduk bersama dengan orang tuanya atau yang lain, maka seorang anak akan merasa tersanjung. Ingatlah terkadang ada ide atau pendapat anak yang tidak dimiliki orang tua, mengingat ilmu seseorang dengan yang lainnya berbeda-beda, kesempurnaan hanya milik al Khalik, Allah Azza wa Jalla.


Perhatikan kisahnya Umar Ibnul Khathab yang mengajak Ibnu Abbas (masih kecil saat itu) dalam suatu majlis para sahabat utama (orang dewasa). Ketika diminta pendapatnya tentang tafsir QS. an Nashr, jawaban Ibnu Abbas sungguh sangat menakjubkan di luar perkiraan para sahabat. Dimana jawaban para sahabat saat itu biasa-biasa saja, artinya hanya sesuai dengan kontek ayat. Tetapi Ibnu Abbas mengeluarkan pendapat yang berbeda dari kebanyakan sahabat saat itu. Tafsiran beliau adalah ajal Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sudah dekat. Artinya Allah segera akan memanggil Nabi keharibaan-Nya setelah kemenangan demi kemenangan diperoleh Nabi dan umatnya.


4. Membiarkan anak mengeluarkan pendapatnya adalah sikap bijak sang bapak/ibu.


5. Permasalahan sebesar apapun yang terjadi di dalam suatu keluarga insya Allah akan ada solusinya, jika dikembangkan dialog dan komunikasi yang baik antara anak dengan orang tuanya.


Budayakan dialog serta diskusi secara baik, insya Allah banyak manfaat yang dapat kita ambil.