Selasa, 13 November 2012

SUMPAH SEORANG IBU



Kedudukan seorang ibu begitu amat mulia. Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita. Ibu adalah orang amat berjasa dalam keluarga. Begitu besar sumbahsih seorang ibu sehingga Islam begitu memuliakan seorang ibu.

Banyak ayat-ayat suci al Qur'an yang menyebutkan keutamaan orang tua, baik ibu atau bapak. Allah selalu mengaitkan setiap perintah penyembahan hanya kepada Allah lalu disambung perintah berbuat baik kepada orang tua.Terutama kepada sang ibu.

Bahkan secara spesifik Rasul yang mulia shalallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan melalui haditsnya tentang siapa orang yang harus dilayani terlebih dahulu.
  يَا رسول الله مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبّرُّ؟ قَالَ : أّمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ                             مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ  
"Wahai Rasulullah! Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya lagi, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu" Lalu saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab, "Ibumu". Saya bertanya, "Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?." Rasulullah menjawab, "Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat." (HR. at Tirmidzi)


 رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ 

" Ridha Rabb terletak pada ridha orang tua dan murka Rabb terletak pada kemurkaan orang tua". (Hasan mauquf dan shahih marfu' di dalam kitab ash Shahihah (515)


Karena begitu mulianya dalam pandangan Islam sehingga melarang manusia untuk mendurhakainya. Bahkan andai kita hanya mengatakan "AH" maka itu merupakan suatu larangan, sebagaimana dikatakan Allah dalam Al Qur'an.


4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  

" Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia." (QS. al Isra': 23)

Allah mengaitkan kewajiban hamba untuk bersyukur kepada Allah dengan syukur kepada kedua orang tua.

" Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu " (QS. Luqman: 14)

Perhatikan ayat di atas, disamping perintah bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua, juga berbicara tentang keadaan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Andai seluruh hidup kita kita habiskan untuk melayani ibu kita maka itu belum melunasi jerih payah beliau.

Dari Abu Burdah, bahwasanya dia melihat Ibnu Umar dan seorang laki-laki dari Yaman sedang thawaf di Ka'bah, sambil menggendong ibunya di belakang punggungnya seraya berkata, 


  إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُذَلَّلْ أَنْ أُذْعَرَتْ رُكًابُهَا لَمْ أُذْعَرْ ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ طَاَف ابْنُ عُمَرَ فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ أَبِى مُوْسَى! إِنَّ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا  
"Sesungguhnya aku di hadapannya ibarat unta yang hina. Sekiranya unta itu mengejutkan penunggangnya, maka saya tidak mengejutkan (ibu saya -ed)." Kemudian dia berkata, "Wahai Ibnu Umar! Apakah engkau melihat saya telah membalasnya (kebaikan ibu saya -ed)?" Ibnu Umar menjawab, "Belum, bahkan tidak sebanding dengan tarikan nafasnya disaat melahirkan." Lalu Ibnu Umar thawaf kemudian mendatangi makam Ibrahim lalu shalat dua rakaat kemudian berkata, "Wahai Ibnu Abu Musa! Sesungguhnya setiap dua rakaat shalat akan bisa menghapus dosa-dosa yang berada di depannya (sebelumnya)."

Berbuat durhaka kepada sang ibu akan menimbulkan murka Allah Ta'ala. Hindari dari sumpahnya seorang ibu. Karena perkataannya dijabah oleh Allah.

Ada kisah menarik mengenai kedurhakan seorang anak kepada sang ibu. Ikuti kisah berikut ini.

Pada hari ini tanggal 12 Nopember 2012, penulis mengantarkan jauzah (isteri) ke tempat rapat guru Raudhatuk Athfal (RA) di daerah Tanjung Pura Pegadungan Jakarta Barat. Lebih kurang 500 meter sampai ke tempat yang dituju tiba-tiba ban belakang kempes. Alhamdulillah kurang lebih 10 meter kami menemukan tempat menambal ban motor.

Di tengah-tengah masa menunggu, tiba-tiba dari pertigaan jalan, muncul seorang laki-laki paruh baya dengan bertelanjangkan dada berjoget ria sambil mendedangkan sebuah lagu dengan gayanya. Terus bernyanyi hingga melewati penulis yang sedang menunggu hasil tambalan ban motor sampai tidak terlihat lagi dari pandangan mata. Ternyata laki-laki tersebut telah hilang ingatan (gila).

Tiba-tiba sang penambal ban berkata, " Itu akibat durhaka kepada ibunya". " Dia orang asli sini? Sudah lama seperti itu?". Penulis bertanya.

Si Abang (ternyata penduduk asli Jakarta) penambal ban menjawab. " Ya, dia asli sini. Dah lama gilanya. Dahulu ketika masih bujangan dia sering kali mencuri uang ibunya, terakhir dia mengambil emas milik sang ibu, ketika ditanya dia tidak mengakuinya. Sehingga ibunya ini berkata, " Mudah-mudahan jadi orang gila dan nanti tangannya kitingan (tangan yang terus bergerak dengan spontan)". Inikah akibat sumpah seorang ibu? Wallahu a'lam.

Ketika adzan Zhuhur hampir tiba, penulis menuju masjid, tanpa disengaja penulis menemukan laki-laki tadi sedang memakan sepotong buah atau makanan yang ada di TPS (tempat pembuangan sampah). Subhanallah.

Benarlah apa yang dikatakan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:

     مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ . 

"Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk dipercepat siksanya atas pelakunya dan siksanya yang ditunda daripada berlaku aniaya dan memutuskan hubungan kerabat."
Shahih, di dalam Ash-Shahihah (915, 916), (Abu Daud, 40-Kitabul Adab, 43- Bab An-Nahyu Anil Baghyi, At-Tirmidzi, 351- Kitab Al Qiyamah, 57 Bab Haddatsana Ali ibnu Hajar ibnu Majah, 37 Kitab Az-Zuhd, 23- Bab Al Baghyu, hadits 4211).

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

 ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا.   

"Ada tiga golongan yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu doa orang dizhalimi, doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar