Senin, 03 Desember 2012

BAHAGIANYA SEORANG GURU NGAJI


Anda seorang guru ngaji? Anda mungkin tinggal di pedesaan. Bahkan Anda mungkin tinggal di desa terpencil? Andakah guru ngaji yang tidak pernah digaji tetap? Atau Anda mendapatkan bayaran dari mengajar ngaji dengan cara mendapatkan sembako, buah-buahan atau hasil tani dan perkebunan lainnya?

Kalau Anda orangnya, tetaplah bersabar dan tetaplah ikhlas dalam mengajarkan al Qur'an kepada anak-anak yang menjadi calon-calon pemimpin yang amanah di masa yang akan datang. Jika keadaan ini tetap Anda pertahankan, maka Anda akan memperoleh kebahagiaan sepanjang hidup Anda, insya Allah.

KEBAHAGIAAN itu bukan dengan banyaknya harta. Kebahagiaan itu bukan dengan banyaknya rumah, kendaraan. Namun kebahagiaan itu dapat diperoleh dengan cara mengajarkan ilmu agama kepada orang lain. Terlebih lagi mengajarkan al Qur'an sebagai sumber dari segala sumber. Sebagai Way of life (jalan kehidupan) manusia.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Telah aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan pernah sesat selama-lamanya, yakni Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (al Hadits).

Mengajarkan al Qur'an merupakan tugas mulia di sisi Allah Azza wa Jalla, bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutnya dengan sebaik-baik manusia.

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al Qur'an dan yang mengajarkannya." (HR. Bukhari)

Renungkan! Ketika seseorang mengajarkan al Qur'an kepada yang lain, dapat dikatakan dia belajar al Qur'an dari nol, artinya belum bisa sama sekali. Setelah itu, alhamdulillah Allah berikan kepadanya kemudahan, sehingga mampu membaca al Qur'an dengan tartil (sesuai dengan kaidah ilmu tajwid). Sang guru yang mengajarkannya tidak menjadi sia-sia amalannya, tetapi di sisi Allah menjadi amalan yang terus mengalir pahalanya walaupun telah meninggal dunia.

Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda!

"Apabila manusia telah meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh yang mendo'akan." (HR. Muslim).

Contoh yang lain. Seorang guru ngaji/TPA/RA mengajarkan hafalan al Qur'an, misalnya menghapal surat al Fatihah. Guru mengajarkannya dengan makhraj dan sifat huruf yang benar dengan diikuti oleh peserta didik/santri. Alhamdulillah dengan pengulangan dan pengulangan beberapa kali, akhirnya si santri ini menjadi hafal dan mahir di dalam membacanya. 

Nah, kemahiran si santri terus terbawa hingga mukallaf (orang yang sudah terbebani kewajiban-kewajiban syari'at seperti shalat, shaum, haji dan sebagainya). Dan dia selalu membacanya dalam shalat. Sang ustadz yang mengajarkan sewaktu si santri kecil sampai bisa akan mendapatkan limpahan pahala dari Allah dengan sebab pengajarannya tersebut. Baik ketika hidup, terlebih-lebih lagi ketika sang ustadz meninggal dunia. Subhanallah.

Karenanya, janganlah putus asa! Janganlah bersedih! Tetaplah mengajar! Dan bagi yang belum mengajar, luangkan waktu untuk mengajar dinul Islam serta al Qur'an (dengan catatan sudah memahami apa yang akan diajarkan) di sela-sela kesibukan kita dalam mencari nafkah untuk keluarga. Insya Allah, kebahagiaan akan kita peroleh, baik di dunia maupun di akhirat.


Jakarta al Gharbiyyah, 20 Muharram 1434 H / 3 Desember 2012. Pkl. 22.15 wib.

10 komentar:

  1. tapi.. aku bukanlah guru ngaji yg lulusan pondok, aku cuma santri di tpa yang ngaji dari aku masih TK sampai aku di amanah'i untuk mengajar anak2 kecil. sedangkan ustadz dan ustadzah yg lain adalah anak pondk.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetap harus berjuang dan menambah ilmu agar bisa bermanfaat dan tidak kalah sama anak lulusan pondok semangat

      Hapus
    2. Jangan di permasalahkan, karna ilmu agama itu tidak harus di pesantren saja, dimana pun km bisa dapat, mau di TPA ataupun di pengajian pengajian lainnya, maka dr itu km jangan mengeluh atas ilmu yg km dapat ya, semua akan indah pada waktunya

      Hapus
  2. semangat dan semangat dalam menyebarkan dakwah islam

    BalasHapus
  3. Aq mengajar orang membaca Qur'an. Tapi aq tak dibayar. Yang anehnya... Pada saat genting.... Coz, sering genting sama masalah uang. Hehe... Eeeehhh uang datang sendiri dari arah yg tidak aq sangka sangka.... Subhanallah... Maha Suci Allah. Pembendaharaan Allah Maha Luas. Tak dapat uang, peluang sering aq dapatkan. Semangat wahai semua guru ngaji. Salam al faqir.

    BalasHapus
  4. Rizki mah allah yang ngatur asal kan mau usaha pasti ada jalan ....

    Insya allah ilmu yg diajarkan bermanfaat di akhirat kelak aminnn ya rabb

    BalasHapus
  5. Awal nya saya hanya membantu temen anak saya yg blm lancar mengaji,kemudian tetengga menitipkan anaknya untuk minta d ajari mengaji..saya bilang saya bukan guru ngaji tp iya ttp minta tuk d ajari..lama kelaman semain bertambah..saya berpikir saya bukan guru ngaji tp mereka percaya saya bs..akhirnya saya jalani dengan ikhlas tanpa pungutan biyaya..

    BalasHapus
  6. Awal nya saya hanya membantu temen anak saya yg blm lancar mengaji,kemudian tetengga menitipkan anaknya untuk minta d ajari mengaji..saya bilang saya bukan guru ngaji tp iya ttp minta tuk d ajari..lama kelaman semain bertambah..saya berpikir saya bukan guru ngaji tp mereka percaya saya bs..akhirnya saya jalani dengan ikhlas tanpa pungutan biyaya..

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum...
    Saya di amanati oleh pk kiyai saya untuk mengajarkan hafalan kepada anak² yg belum bisa membaca al qur'an.... Mereka menghafal dengan metode mendengarkan lalu dibaca berulang² sampai hafal... Alhamdulillah sekarang sudah hafal 3 surat. Annaba', annazi'at, dan 'abasa.
    Apakah itu termasuk amal jariyah????

    BalasHapus