Sabtu, 15 Desember 2012

PENGEMIS


Pernahkah Anda mendengar pepatah ini: Sambil Menyelam Minum Air?

Ya, pepatah ini cukup terkenal di negeri kita. Kalau boleh mengartikan maknanya, mengerjakan sesuatu pekerjaan utama sambil mengiringinya dengan pekerjaan tambahan.


Agaknya pepatah ini cocok bagi seorang pengemis yang tiba-tiba datang ke rumah. Pagi ini, tampak  dari dalam rumah, seorang pengemis tua tiba-tiba memberi salam, sambil berucap assalaamu'alaikum..................Setelah dijawab salamnya dan kata-kata permohonan maaf untuk tidak memberi oleh salah seorang keluarga, sang pengemis ini-pun lalu pergi.

Apa yang dilakukan sang pengemis wanita ini sebelum dan sesudahnya? Ternyata tampak dari dalam, penulis melihat, sang pengemis ini memungut beberapa gelas air kemasan kosong yang ada di halaman rumah, lalu cepat-cepat disimpan di dalam wadah yang tertutup kain yang digendong dan selalu berada di samping tubuhnya.

Efektifkah pekerjaan sang pengemis ini? Tampaknya seperti itu. Di satu sisi, dia berprofesi sebagai pengemis, di sisi yang lain, dia juga sebagai pemulung. Subhanallah!

Dua pekerjaan dikerjakan dalam satu waktu. Sambil menyelam minum air.

Yang perlu dipahami bahwa pekerjaan mengemis ini tentunya memiliki motif tersendiri bagi para pelakunya. Ada yang mengemis karena memang keadaan yang mendesak dan tidak ada bantuan dari siapapun. Ada yang melakukannya karena ingin menambah penghasilan dan ingin memperbaiki keadaan di kampung atau desanya. Ada juga yang melakukannya karena ketiadaan pendidikan yang dimiliki. Dan ada juga yang melakukannya karena malas mencari pekerjaan.

Banyak kita temukan para pengemis yang datang ke rumah-rumah masyarakat, stasiun, terminal bis, perempatan jalan,  mereka berbadan tegap, masih muda, jalanpun masih kuat tentunya. Di antara mereka ada yang membawa bakul kecil, karung-karung beras atau kantung terigu. Ada yang hanya bermodalkan tongkat kayu. Dan ada juga yang memanfaatkan orang yang buta matanya untuk mengais rizki dengan cara menadahkan tangan kepada orang lain.

Keadaan seperti ini seharusnya lebih baik mereka menjadi petani, pedagang atau yang lainnya. Bahkan dia lebih baik menjadi seorang pemulung dengan cara mengais sampah-sampah bekas pakai, lalu dijual dan hasilnya dimakan untuk diri dan keluarganya.

Keadaan sebagian para pengemis yang ada di Jakarta, sebenarnya tidak seperti yang kita bayangkan dan kita lihat, tampak miskin, melarat, tidak memiliki rumah permanen. Ternyata di desanya mereka adalah orang-orang yang mampu. Bahkan pendapatan mereka bisa mencapai angka 6 juta / bulan. Subhanallah, bukan jumlah yang sedikit, bahkan bisa mengalahkan seorang karyawan pabrik di Jakarta, walaupun UMP (upah minimum provinsi)-nya dinaikkan.

Bagaimana sikap kita? Bijaklah dalam menyikapi para pengemis ini, berilah kepada mereka yang memang benar-benar sangat membutuhkan. Tidak kepada yang hanya berpura-pura menjadi pengemis. Jika tidak, maka kita sama saja dengan melegalkan profesi mereka. wallaahu a'lam.

_____________________

Yaumul Ahad, 2 Shafar 1434 H. Pkl. 06.21 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar